EKONOMI KREATIF DI PESANTREN


Oleh Dhorifi Zumar


Terma "ekonomi kreatif' dan atau "industri kreatif" memang relatif baru bagi komunitas pesantren, karena di negara kita istilah tersebut baru 3 tahun terakhir bergulir. Meski begitu, aktivitas ekonomi kreatif telah berlangsung sejak lama di negara kita.

Secara definitif, ekonomi kreatif yang dipopulerkan John Howkins dalam bukunya The Creative Economy: How People Make Money From Ideas itu dapat diartikan sebagai segala kegiatan ekonomi yang menjadikan kreativitas (kekayaan intelektual), budaya dan warisan budaya maupun lingkungan sebagai tumpuan masa depan.

Sementara industri kreatif adalah industri-industri yang berbasis kreativitas, keterampilan, dan talenta yang memiliki potensi peningkatan kesejahteraan serta penciptaan lapangan kerja dengan cara menciptakan dan mengeksploitasi HaKI (hak atas kekayaan intelektual). Jika dianalogikan maka ekonomi kreatif adalah kandangnya, sedangkan industri kreatif adalah binatangnya.

Ekonomi kreatif yang merupakan gelombang keempat peradaban manusia memiliki 14 sub sektor industri, yaitu periklanan (advertising), arsitektur, pasar seni dan barang antik, kerajinan, desain, fashion, video/film/animasi/fotografi, game, musik, seni pertunjukan (showbiz), penerbitan/percetakan, software, televisi/radio (broadcasting), dan riset & pengembangan (R&D).

Saat ini industri kreatif di dunia tumbuh dengan pesat seperti tercermin dari nilai ekonomi kreatif global yang diperkirakan dengan tingkat pertumbuhan 5% per tahun, akan berkembang dari US$ 2,2 triliun pada Januari 2000 menjadi US$ 6,1 triliun tahun 2020.

Di Indonesia industri kreatif telah memiliki kontribusi yang sangat besar. Menurut data Departemen Perdagangan, pada tahun 2006 ia menyumbangkan Rp 104,4 triliun, atau berperan rata-rata 4,75% di periode 2002-2006 dalam produk domestik bruto (PDB) nasional. Jumlah ini melebihi sumbangan yang diberikan oleh sektor listrik, gas dan air bersih. Tiga sub sektor yang memberikan kontribusi paling besar terhadap PDB nasional adalah fesyen 30%, kerajinan 23% dan periklanan 18%.

Selain itu, sektor ini mampu menyerap 4,5 juta tenaga kerja dengan tingkat pertumbuhan sebesar 17,6% di tahun 2006. Ini jauh melebihi tingkat pertumbuhan tenaga kerja nasional yang hanya sebesar 0,54%. Namun ia baru memberikan kontribusi ekspor sebesar 7%, padahal di negara-negara lain, seperti Korsel, Inggris dan Singapura, rata-rata di atas 30%.

Di komunitas pesantren sendiri ekonomi kreatif sudah lama ada meski mereka belum menyadari bahwa aktivitas ekonomi yang mereka lakukan masuk kategori ekonomi kreatif. Contohnya adalah aktivitas produksi/penulisan buku-buku pelajaran kurikulum pesantren (penerbitan/percetakan); produksi seragam, kaos maupun baju santri (fashion); pementasan drama, tari, deklamasi, dan pembacaan puisi/sajak (seni pertunjukan); produksi karya seni rupa semisal kaligrafi (pasar seni/barang antik); pertunjukan musik dan lagu; game online, serta seni desain.

Bahkan di beberapa pesantren, seperti di sebuah pesantren di Garut dan Makassar, salah seorang santrinya berhasil membuat sebuah film independen dan sukses memenangkan festival film independen yang diselenggarakan stasiun televisi swasta di Jakarta. Begitu pula pesantren Darut Tauhid Bandung telah memiliki stasiun radio dan televisi. Artinya bahwa industri film dan penyiaran (broadcasting) telah merambah pondok pesantren.

Dengan ilustrasi di atas dapat ditarik benang merah bahwa ekonomi kreatif sejatinya telah lama tumbuh dan berkembang di lingkungan pesantren. Ini berarti pesantren memiliki potensi besar untuk mengembangkan dan menggerakkan ekonomi kreatif yang saat ini tengah digalakkan oleh pemerintah.

Pemerintah menargetkan pertumbuhan industri kreatif dalam 5-8 tahun ke depan akan dapat menyumbang 10% dari PDB. Untuk mencapai target itu, pemerintah sedang membuat beberapa langkah. Pertama, membuat roadmap industri kreatif yang melibatkan berbagai departemen dan kalangan seperti seniman serta perajin.

Kedua, membuat program komprehensif untuk menggerakkan industri kreatif melalui pendidikan, pengembangan SDM (Sumber Daya Manusia), desain, mutu dan pengembangan pasar. Dan ketiga, akan memberikan perlindungan hukum dan insentif bagi karya industri kreatif.

Dengan sumber daya alam Indonesia yang berlimpah, berkembangnya industri manufaktur, pangsa pasar domestik yang potensial, serta kuatnya tradisi demokratis dan estetik, akan mampu membawa bangsa ini menjadi salah satu negara dengan kekuatan industri kreatif yang dahsyat di dunia. []

Majalah Gontor, edisi 06/Tahun VI/Oktober 2008

Related Posts:

iklan

Please Enable JavaScript!
Mohon Aktifkan Javascript![ Enable JavaScript ]


Sample 2 “Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia” . (Bung Karno) “Tidak seorang pun yang menghitung-hitung: berapa untung yang kudapat nanti dari Republik ini, jikalau aku berjuang dan berkorban untuk mempertahankannya”. (Pidato HUT Proklamasi 1956 Bung Karno) “Jadikan deritaku ini sebagai kesaksian, bahwa kekuasaan seorang presiden sekalipun ada batasnya. Karena kekuasaan yang langgeng hanyalah kekuasaan rakyat. Dan diatas segalanya adalah kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.” (Soekarno) “Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan kemajuan selangkah pun”. (Bung Karno) “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya.” (Pidato Hari Pahlawan 10 Nop.1961) “Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.” – Bung Karno “Bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa, tidak dapat berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka.” (Pidato HUT Proklamasi 1963 Bung Karno) “……….Bangunlah suatu dunia di mana semua bangsa hidup dalam damai dan persaudaraan……” (Bung Karno) Untuk memilih jenis tomat yang akan ditanam hendaknya sesuaikan dahulu dengan karateristik lokasi. Apabila kebun Anda berada di dataran tinggi pilihlah varietas yang cocok untuk dataran tinggi begitu juga sebaliknya. Benih tomat bisa didapatkan dengan mudah diberbagai toko penyedia saprotan. Apabila Anda sulit mendapatkannya atau harganya terlalu mahal, kita bisa membuatnya sendiri. Caranya dengan menyeleksi buah tomat yang paling baik dari segi ukuran (besar) dan bentuk (tidak cacat). Langahnya sebagai berikut, pilih buah tomat yang akan dijadikan benih. Kemudian biarkan buah tomat tersebut menua di pohon. Setelah cukup tua ambil bijinya dan bersihkan dari lendir yang menyelubunginya dengan air. Setelah itu rendam dalam air, pilih biji yang tenggelam. Kemudian lakukan seleksi sekali lagi terhadap biji tomat, pilih yang bentuknya sempurna(tidak cacat atau keriput). Langahnya sebagai berikut, pilih buah tomat yang akan dijadikan benih. Kemudian biarkan buah tomat tersebut menua di pohon. Setelah cukup tua ambil bijinya dan bersihkan dari lendir yang menyelubunginya dengan air. Setelah itu rendam dalam air, pilih biji yang tenggelam. Kemudian lakukan seleksi sekali lagi terhadap biji tomat, pilih yang bentuknya sempurna (tidak cacat atau keriput).